Sunday, January 13, 2013

Infak dan Sadaqah sebagai Ibadah

Menurut Yusuf Al-Qaradhawi, “Amal sosial termasuk sebagai salah satu ibadah, selama untuk untuk mencari kebaikan dan bukan mencari muka.Setiap pekerjaan yang menghapuskan air mata penderitaan seseorang, meringankan penderitaan orang lain,membuka kesempitan derita orang dizalimi system, mengajar orang seseorang dan memberikan sesuatu kepada yang ditimpa musibah adalah termasuk ibadah taqarrub ilallah “.

Dari Abu Hurairah diriwayatkan :” Setiap sendi yang ada pada manusia wajib bersedekah, selama hari masih bersinar, mendamaikan antara dua orang itu sedakah, membantu seseorang untuk naik dikendaraannya itu sedakah,perkataan yang baik itu sedekah,setiap langkah menuju salat itu sedekah dan membuang duri dijalanan itu sedekah” (HR.Bukhari Muslim).

Dengan melihat hadis diatas, maka setiap hari kita berkewajiban selalu menghulurkan tenaga atau wang ringgit(harta) kita ke arah infak dan sedekah. 

Kelemahan sebahagian muslimin hanya bersedekah dan berinfak ketika bukan Ramadhan tiba. Sikap seperti itu perlu diubah,   kemiskinan dan penderitaan muslimin bukan dirasakan pada bulan Ramadhan sahaja, tapi fenomena masyarakat itu harus dijadikan amalan harian. 

Diantara sifat-sifat Nabi yang tertulis dalam kitab bersanji yang rata-rata dibaca dan dilagukan dibulan Maulid adalah “Yuhibbul fuqara wal-masakin” (Sangat mencintai fakir dan masakin).

MISKIN & KAYA:
Ada persepsi sebagian muslim dimana yang berinfak itu hanya orang kaya, padahal Alquran menyebut : ” Dan bersegeralah kepada ampunan Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, iaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik waktu lapang mahupun sempit “(QS.3:l33).

Melihat bunyi ayat diatas, seolah-olah terdapat keganjilan, kerana baik yang miskin apalagi yang kaya, kedua-duanya selalu berada dalam situasi yang sama yaitu kegiatan gemar melakukan infak, manakala mengaku dirinya telah tergolong kelompok orang-orang yang takwa.. Hikmahnya, agar orang miskin tidak terlalu bergantung dan selalu menjadi tangan dibawah yang peminta, padahal berpotensi pula untuk menjadi tangan diatas yang pemberi. Sudah tentu yang kaya infaknya lebih banyak dari yang miskin.

Korelasi ayat lain memberi harapan bahwa kaum penyumbang sekalipun kecil, akan selalu memperoleh lipatan yang lebih banyak.

“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di dijalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipat gandakan(ganjaran) siapa yang dikehendaki “(QS.2:26l).

Dari keterangan ayat itu ternyata membelanjakan satu biji, dapat terbalas tujuh ratus kali dan tidak menyebut nanti diakhirat. Artinya, sumbangan ikhlas yang kita berikan adalah untuk kebaikan(dengan niat yang ikhlas) untuk generasi yang ingin menempuh masa akan datang dapat menghasilkan tujuh ratus kali ganda lipatan. (rujuk semula posting ini http://generalreadings.blogspot.com/2013/01/sedekah-ghaibkan-hutang-2.html )

Untuk lebih meyakini kebenaran ayat tersebut, kita kutip ayat lain “Wama anfaqtum min syaiin fahuwa yukhlifuhu, wahuwa khayr al-raziqin ” (Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya,dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya).(QS.34:39).

Berdasarkan kedua ayat tersebut, maka bertambah yakinlah kita bahwa apa saja yang kita sumbangkan secara ikhlas, terhadap saudara-saudara kita yang memanfaatkannya, nescaya amalan itu pasti terganti dan semuanya termasuk ibadah.

Ada pepatah Arab berkata “Anfiq ma fil-jayb, ya’tika ma fil-ghayb”(Belanjakan apa yang ada dalam sakumu, niscaya anda akan memperolreh gantinya dari yang gaib).

Cara menginfakkan harta boleh dilakukan secara terang-terangan dan tersembunyi, istilahnya “Sirran wa ‘alaniyah”.Sebagian muasir menafsirkan jika infak itu adalah infak wajib, seperti zakat harta dan fitrah, hendaknya dilakukan terang-terangan,utuk merangsang orang lain melaklukan perbuatan yang sama dan untuk menghindari suuzhan sebagian orang, bahwa anda orang mampu yang kikir,padahal tidak demikian,selanjutnya sadaqah sunat yang hampir setiap hari dilaskukan, agar terkesan riya’ sebaiknya disembunyikan.

Akhirnya marilah kita biasaan berinfak dan bersedekah, sebagai bagian dari ibadah terutama kepada muslimin yang memerlukan.

"Tidaklah berkurangan harta itu jika di bahagikan kepada orang lain, sebaliknya Allah akan melipatkali gandakan pulangannya"


Jazza kallahu khaira ( Mudah-mudahan Allah memberi balasan kebaikan kepadamu )












Karya Asal : Islam itu Indah

No comments:

Post a Comment